Story: Perempuan, Lonceng, dan Cinta Dalam Diam

13.35

Latar Tempat: Bukan Indonesia

Rambut terurai, dress merah, stocking hitam, high heels, itu memang dia yang ku kenal. Tanpa ragu, aku menemaninya lagi. Ku ikuti langkah demi langkah kaki jenjangnya yang indah itu. Sungguh aku tak mengerti apa yang sebenarnya membuatku tertarik pada gadis ini. Apa karena dia cantik? Tapi masih banyak gadis cantik lainnya di kota ini, lalu kenapa harus gadis ini? Lambaian angin malam yang bersahutan membuat tubuhku menggila kedinginan. Ku dekatkan tubuhku padanya, jarak kami hanya sekitar 10 cm tapi aku sudah merasa hangat dan nyaman. Dia berbeda dengan yang lain, aku sulit untuk berhenti merenda jejaknya.
Illust: Hanatika
Aku dimana? Ah lagi-lagi aku tertidur padahal aku berjanji untuk menjaganya setiap malam tiba. Ternyata dia sudah bangun. Selamat pagi... Eh lonceng itu lagi. Dia memainkannya lagi, aku tahu dia pasti merindukan orang itu lagi. Lupakan orang itu, orang itu tidak pantas untukmu! Mata berkilau itu seketika berubah sayu. Dia hampir menangis, aku berharap semoga dia menangis agar lukanya bisa padam. Namun, aku salah untuk kesekian kalinya. Dia mengusap matanya dan kemudian dia sunggingkan senyuman manis di bibir merah mudanya itu. Seketika aku merasakan surga ada dihadapanku.
Ingin aku menghiburnya, ingin mendekat, dekat, dekat, dan lebih dekat lagi. Dia membungkukkan badannya dan mata kami bertemu. Dia seperti berbicara sesuatu kepadaku tapi apa daya, aku tuli tanpa pendengaran. Mungkin dia sadar kalau aku selalu mengikutinya selama ini. Dia pergi ke dalam, mungkin dia tidak tertarik kepadaku. ... Ternyata dia tertarik padaku, dia sodorkan sepotong roti tawar kepadaku. Aku pun langsung melahapnya dengan cepat karena aku sangat lapar. Terima kasih, nona. Dia mengelus kepalaku, aku ingin dia berpikir kalau dia masih beruntung dibandingkan aku yang tak bisa terbang ini.

Apa kami sehati? Aku tak yakin, tapi aku akan selalu ada disisinya, aku akan menyingkirkan orang itu dari pikirannya...

Dia mengambil jaket dan langsung meninggalkan rumah di pagi buta seperti ini. Aku mengikuti high heels merah merona itu lagi walaupun hari ini aku merasa sudah sampai ujung lelahku. Kudengakkan kepalaku walau terasa berat hanya untuk melihat rambutnya yang berkilauan terkena sapuan sinar matahari. Cantiknya dia hari ini, natural seperti biasa.

Tanpa kusadari dia sudah ada di seberang sana, tunggu aku, tunggu aku disana, tunggu, sebentar lagi aku sampai. Ya Tuhan, aku mohon dan berharap semoga perasaan ini dapat tersampaikan. Aku... Aku...

"Tidaaaaaaak!"

Suara teriakan siapa itu? Akhirnya aku bisa mendengar, aku bisa mendengarnya samar-samar, oh itu dia, dia milikku. Kali ini aku pinta, tolong jangan menangis, tersenyumlah untukku meskipun itu adalah sebuah senyuman palsu karena aku suka itu...

You Might Also Like

0 comments

Follow me @hanatika @hanatika.jpg @hanatikaofficial