Tribute To Dosen Terbaikku, Alm. Dra. Hj. As-As Setiawati, M.Si.

09.07


Dra. Hj. As-as Setiawati, M.Si. adalah nama dosen pembimbingku yang sangat luar biasa. Bahkan untuk menggambarkan kebaikan hati beliau melalui tulisan ini mungkin tidak cukup. Beliau adalah sosok yang sangat inspiratif, dosen yang apa adanya tetapi memiliki kesan yang sangat melekat bagi para mahasiswanya. Dalam Program Studi Pendidikan Tata Busana, beliau adalah dosen yang paling senior. Pembawaanya yang tegas, tatanan kerudungnya yang khas, dan gaya mengajarnya yang unik masih melekat diingatanku. Beliau sangatlah cantik di mataku karena beliau selalu memperhatikan dan menjaga penampilannya dengan baik.

Aku adalah mahasiswa yang biasa saja, namun beliau adalah dosen yang sangat memukau di mataku. Pada awal masuk perkuliahan aku mulai mengenal beberapa dosen, tetapi ada satu dosen yang mencuri perhatianku karena ciri khasnya yang sangat kuat. Bahkan beliau lebih dikenal sebagai dosen killer padahal jika mengenalnya lebih dekat lagi beliau adalah orang yang sangat friendly. Beliau mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya dengan baik. Seperti contoh ketika mengajar di kelas tentu saja ia harus menempatkan posisinya sebagai dosen yang memberikan ilmu kepada mahasiswanya. Dengan itulah mungkin pembawaan beliau sangat disegani oleh para mahasiswa karena dalam mengajar ia sangat tegas. Namun, sebenarnya beliau sangatlah baik yang diam-diam selalu memperhatikan keadaan mahasiswanya. Humoris, ya beliau memiliki sifat humoris yang dapat menjadi ice breaking dalam setiap pembelajaran di kelas. 

Pada mata kuliah Seminar Pendidikan Tata Busana beliau adalah dosen pembimbing tugas akhirku. Awalnya takut karena belum terlalu mengenal beliau, karena kelihatannya beliau sangat tegas dan sepertinya bakal kena revisi terus-menerus. Tapi kenyataannya diluar prediksi aku, beliau super duper the best membimbing tugas akhirku dengan baik. Menurut beliau, kalau mempermudah urusan anak orang lain maka Allah akan mempermudah urusan anaknya. Sungguh jarang banget ada dosen yang seperti itu. Ya meskipun sesekali sedikit “ngegas” kalau ngasih revisi tapi biasanya selalu diakhiri dengan candaan. Hal itu membuatku sangat terhibur bukannya malas merevisi tapi malah lebih semangat untuk merevisi.

Sembari menulis karya tulis ilmiah, aku juga membuat produk tugas akhir berdasarkan KTI tersebut. Aku sangat ragu dengan produk busana untuk tugas akhirku ini karena aku sangat kekeuh untuk mengusung tema ini. Akan tetapi beliau terus meyakinkanku bahwa kalau aku yakin untuk mengangkat tema ini aku harus mencari teori-teori yang menguatkan produk busanaku. Dari sana aku jadi rajin ke perpustakaan UPI bahkan sampai ke perpustakaan luar UPI buat nyari teori yang menguatkan konsepku itu. Dan sampailah pada saat beliau meminta aku untuk menunjukkan produk busana yang telah aku buat. Sungguh takut luar biasa karena you know aku membuat produk yang harus aku pertanggung jawabkan sendiri karena egoku. Tapi apa coba respon beliau, beliau memuji karyaku di depan dosen lainnya walaupun sebenarnya aku sangat malu karena sepertinya produk busanaku biasa saja tidak seperti yang lain. Tapi apa beliau sangat terlihat bangga denganku, bagus katanya, unik katanya, anak bimbingannya semua hebat katanya. Terimakasih bu apresiasi yang sederhana tapi sebenarnya Hana gak kuat ingin nangis saat itu juga.

Berlanjut ketika beliau ditunjuk sebagai dosen pembimbingku lagi untuk penyusunan skripsi. Awalnya semua berjalan dengan sangat lancar dan aku rasa baik-baik saja tidak ada yang salah pada saat itu. Beliau masih dengan seksama memeriksa proposal skripsiku, menandai bagian yang salah, serta memberi cara bagaimana memperbaikinya. Beliau pun suka greget kalau aku kurang mengerti dengan penjelasannya sehingga seringkali beliau mencubit pipiku haha. Beliau sangat fleksibel bisa bimbingan dimana saja bahkan sampai pernah bimbingan di parkiran haha. Sampai tiba saatnya sidang skripsi dan aku mendapat kabar kalau beliau masuk rumah sakit. Sebelumnya kabar beliau sakit sudah terdengar dari awal semester. Dari sana pikiranku sudah tidak fokus akan tetapi dosen yang lain terus menasehati agar tetap melaksanakan sidang skripsi dengan baik dan mendo’akan beliau. Semoga beliau tidak apa-apa dan bisa kembali sehat do’aku dalam hati.

Setelah sidang skripsi selesai langsung dilakukan yudisium di Auditorium FPTK lantai 4. Alhamdulillah seluruh mahasiswa yang sidang pada hari itu dinyatakan lulus tepat waktu. Kami bersenang-senang dengan balon, bunga, selempang tanda kebahagiaan selama kuliah 4 tahun. Kami tersenyum, menangis, tertawa, terharu, dan masih tidak percaya bahwa kami telah berhasil. Mungkin untuk orang luar disana kata “berhasil” masih kurang pantas karena kami hanya “mahasiswa yang baru lulus”. Tapi, saat itu lah yang sangat berharga untuk kami yang mampu lulus tepat waktu dan melupakan sejenak hal yang akan dihadapi di masa depan. Ya, ini adalah pencapaian kami yang terbaik, percayalah kami melakukan segala hal yang terbaik untuk ini. Kami bernyanyi dan berfoto akan tetapi satu hal masih mengganggu dibenakku. Aku ingin berlari menghampiri dosen pembimbing pertamaku, berterimakasih, lalu memeluknya.

Pada akhirnya aku pulang, rasanya tidak sabar untuk memberi kabar baik kepada mamah dan adikku. Mereka sangat bahagia, mimpi apa aku bisa mendapat gelar S1 yang dulu masuk SMK karena mempunyai keinginan agar langsung kerja. Tapi kebahagiaan itu sekejap menghilang karena setelah kembali menyalakan handphone karena low battery, aku mendapat suatu kabar. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Kabar yang memecah kebahagiaanku seketika kala itu, air mataku sudah tidak dapat dibendung lagi. Aku menangis sekencang-kencangnya sambil memegang tangan mamahku. Dosen pembimbing tercintaku pulang ke rahmatullah. Aku yang saat itu hanya bisa mendo’akan agar beliau diampuni dosanya, diterima iman Islamnya, dan diberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya.

Memang rasanya cukup singkat mengenal beliau dalam 4 tahun ini karena kami jarang mengobrol kecuali pada saat bimbingan saja. Tetapi sekitar beberapa hari sebelum itu terjadi kami berbicara empat mata secara intens. Masih aku ingat pembicaraan kala itu, “Alhamdulillah hana sebentar lagi sidang, gimana orangtua? Pasti senang atuh ya?”. “Iya bu, alhamdulillah mamah senang”, jawabku. “Ari bapak gimana? Kerja dimana?”. ... Disana beliau menanyakan latar belakang keluargaku dan beliau membuatku sangat nyaman sehingga aku bisa menceritakan semuanya kepada beliau. Beliau menanyakan mau apa aku setelah lulus dan menyarankan bahwa aku harus giat untuk mencapainya. “Oh jadi kamu mau bikin bisnis kayak judul skripsi kamu? Iya bagus atuh diteliti bener-bener sambil coba diterapkan juga”. Ya, kami saling bertukar cerita disana sampai lupa waktu dan skripsiku akhirnya di ACC. (ACC adalah kata terindah bagi para mahasiswa pengabdi skripsi wkwk)

Setelah itu karena tiba saatnya pulang ke rumah, beliau memintaku untuk mengantarnya ke parkiran. Dengan senang hati aku mengantarnya, akan tetapi beliau terus memegang tanganku karena sepertinya kakinya sakit untuk berjalan. Aku pura-pura tidak tahu karena beliau ini sangat ingin benar-benar terlihat kuat dan tegar padahal sebenarnya mungkin sakit yang dialaminya sudah sangat parah. Hingga beliau pun bercerita dengan berkata, “Jangan dikasih tau ke siapa-siapa sebenarnya ibu sakit, lihat kan cara jalan ibu beda?”. Sebenarnya aku sudah tau kalau beliau sakit karena rumor sudah beredar di kelas dan aku hanya mengiyakan. Beliau terus bercerita dengan ketegarannya yang sebenarnya membuat aku tidak tahan karena aku tidak pandai mengungkapkan sesuatu sehingga aku hanya mengusap bahunya dan berkata “Cepat sembuh, bu semoga segalanya segera membaik”. Beliau tidak pernah mengeluh selama ini dalam membimbing skripsiku pun masih terlihat sehat dan menyembunyikan rasa sakitnya.

Sungguh sangat berkesan dosen tercintaku yang satu ini. Meskipun terbilang perjumpaan kami singkat akan tetapi beliau sudah banyak memberikan ilmu kepadaku. Ilmu tentang akademik maupun ilmu kehidupan, semuanya aku peroleh darinya. Beliau sangat mengagumkan, sangat istimewa, dan sangat luar biasa di mata para mahasiswanya. Alhamdulillah sekarang ibu gak merasakan rasa sakit lagi...

Semoga amal dan ibadah beliau diterima oleh Allah SWT, dimaafkan segala kekhilafannya, serta mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya. Semoga keluarga yang ditinggalkan juga diberi ketabahan. Aamiin yaa robbal ‘alamiin.

“Hana ari kamu bisa ngejahit teu?”
“Dulu mah gak bisa bu da lulusan SMK multimedia tapi sekarang mah bisa atuh bu, kan ibu yang ngajarin hehe.”
“Ah kamu mah.”
“Beneran ai ibu.”


You Might Also Like

0 comments

Follow me @hanatika @hanatika.jpg @hanatikaofficial